A. Kekejaman Kolonial
Belanda Dan Reaksi Dari Rakyat Indonesia
Bangsa
Indonesia adalah bangsa yang dianugrahi kesuburan dan kekayaan alam yang luar
biasa. Sejak jaman kerajaan bangsa kita telah melakukan perdagangan dengan
negara-negara Asia, Eropa maupun Afrika. Sebelum para penjajah datang di
Indonesia, kehidupan yang berlangsung dalam masyarakat berjalan dengan seimbang
dan damai.
Pada
awalnya Belanda datang ke Indonesia bukan untuk menjajah namun untuk berdagang
rempah-rempah karena rempah-rempah tidak bisa didapatkan di negara mereka. Pada
saat itu Belanda mendapatkan sambutan yang hangat dari bangsa Indonesia. Namun
setelah itu mereka ingin menguasai sendiri pasar rempah rempah tersebut dan
bukan hanya itu mereka bahkan ingin menjadikan negara kita menjadi negara
jajahan mereka karena dengan menguasai pasar rempah mereka akan mendapatkan
kekayaan yang luar biasa. Apa yang dilakukan oleh Belanda sungguh kejam mereka
hanya ingin mendapatkan kekayaan hasil bumi indonesia namun mereka tidak
memperhatikan nasib penduduk pribumi yang telah mereka injak-injak harga
dirinya dengan semua kebijakannya. Berbagai cara dilakukan untuk
mempertahanakan eksistensi mereka di indonesia dari politik tanam paksa,
politik adu domba dan kekejaman lain yang membuat rakyat indonesia menjadi
semakin merana dan menderita.
Melihat
kondisi rakyat yang semakin hari semakin tertindas maka munculah perlawanan
yang dilakukan oleh rakyat indonesia. Pada saat itu perlawanan masih dilakukan
secara kedaerahan misalnya perlawanan Pangeran Diponegoro, perlawanan Tuanku
Imam Bonjol, perlawanan Untung Suropati, Pattimura, Cut Nya Dien, Sultan
Hasanuddin dan masih banyak lagi perlawanan yang lain. Namun karena masih
bersifat lokal maka perlawanan tersebut dengan mudah dihentikan oleh Belanda.
b. Munculnya Organisasi
Pergerakan Nasional
Setelah
sekian lama mengalami kegagalan dalam menaklukkan Belanda, bangsa Indonesia
akhirnya menyadari kesalahan mereka. Untuk melawan Belanda bukan sekedar
bermodal keberanian namun dan senjata namun perlu sebuah perencanaan yang
matang agar perjuangan mereka lebih berarah dalam mencapai tujuan. Oleh sebab
itu, rakyat Indonesia sepakat untuk mendirikan organisasi-organisasi pergerakan
nasional. Sehingga mulai saat itu perjuangan yang semula bersifat kedaerahan
dan perjuangan fisik berubah menjadi perjuangan melalui organisasi-organisasi
pergerakan nasional. Pergerakan nasional yang pertama muncul, yaitu Budi Utomo
pada tanggal 20 Mei 1908. Setelah organisasi tersebut berdiri, maka muncul
pergerakan yang lain antara lain: Serikat Dagang Islam, Muhammadiyah,
Perhimpunan Indonesia, Indische Partij, dan organisasi kepemudaan yang
lain. Sehingga banyak anggota organisasi tersebut yang ditangkap oleh Belanda
karena mengeluarkan kritikan yang keras dan pertentangan terhadap kebijakan
pemerintah Belanda.
c. Masa Pergantian
Kekuasaan Dari Belanda Ke Jepang
Jepang
datang ke Indonesia dengan membawa harapan baru karena Jepang datang ke
Indonesia mengaku sebagai saudara tua. Apalagi Jepang berhasil mengusir Belanda
yang telah sekian lama menguasai Indonesia. Jepang muncul sebagai sebuah
kekuatan baru yang bermaksud menguasai dunia, sehingga tidak dapat dihindari
lagi pertempuran antara Jepang dan Belanda.
Akhirnya,
Belanda menyerah kepada Jepang tanpa syarat pada tanggal 8 Maret 1942 di
Kalijati Subang, Jawa Barat. Dengan menyerahnya Belanda kepada Jepang, maka berakhirlah
kekuasaan Belanda di Indonesia. Keadaan ini membuat rakyat Indonesia senang
kerena telah berakhirnya penderitaan rakyat pada saat dijajah oleh Belanda.
Namun, harapan rakyat Indonesia keliru ternyata Jepang lebih kejam dari
penjajah Belanda. Jepang ada di Indonesia hanya selama 3,5 tahun atau juga
dikatakan seumur jagung namun dalam waktu sesingkat itu mereka telah melakukan
kejahatan yang jauh lebih kejam dari Belanda yang sekian lama menjajah
Indonesia. Kekejaman Jepang dapat terlihat dari kebijakan-kebijakannya yaitu:
1. Kewajiban kerja paksa bagi rakyat Indonesia
guna membangun fasilitas-fasilitas Jepang.
2. Menguras habis hasil pertanian dan perkebunan
rakyat Indonesia.
Karena
adanya kejadian tersebut maka para tokoh nasional dan rakyat Indonesia bersatu
untuk melawan Jepang di antaranya:
1. Perlawanan yang dilakukan oleh organisasi
bentukan Jepang seperti PETA, Barisan Pelopor (Syuisintai)
2. Perjuangan di bawah tanah (tertutup) secara
berkelompak di kota-kota besar (Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang)
3. Perjuangan dengan mengorbankan perlawanan
bersenjata
D. Detik-detik Menjelang
Proklamasi Kemerdekaan
Latar
Proklamasi Indonesia dimulai dengan dijatuhkannya bom atom di Hiroshima (6
Agustus 1945) dan Nagasaki (9 Agustus 1945) oleh Amerika serikat dan
banyaknya perlawanan dari rakyat Indonesia, sehingga Marsekal Terauchi (Panglima
tentara Jepang di Asia Tenggara) memanggil Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Dr.
Radjiman Wedjodiningrat untuk datang ke markas Jepang di Dalath (Vietnam)
yang intinya Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.
Kemudian pertemuanpun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau disebut juga Dokuritsu Zyunbi Linkai
dalam bahasa Jepang). Para pejuang golongan muda tidak menyetujui rapat
itu, dan menganggap PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka
menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan dari pemberian
Jepang.
Oleh
sebab itu, pada tanggal 15 Agustus 1945 golongan muda (Sukarni, Chairul
Saleh, dan B.M Diah) mengadakan perundingan yang dipimpin oleh Chairul
Saleh. Dalam perundingan tersebut menghasilkan kesepakatan agar Proklamasi
Kemerdekaan bangsa Indonesia segera dilaksanakan. Hasil dari perundingan
tersebut oleh Wikana dan Darwis disampaikan kepada Soekarno dan Hatta. Akan
tetapi, hasil dari perundingan tersebut ditolak oleh golongan tua. Oleh sebab
itu, pada tanggal 16 Agustus 1945 para pemuda membawa kedua tokoh nasional
tersebut ke Rengasdengklok. Tujuan para pemuda membawa Soekarno-Hatta ke
Rengasdengklok adalah agar Soekarno-Hatta terbebas dari pengaruh Jepang.
Selain
itu, para pemuda dapat mendesak agar keduanya cepat melaksanakan Proklamasi
Kemerdekaan. Menjelang dini hari tanggal 17 Agustus 1945, diperoleh kesepakatan
antara golongan tua yang diwakili Ahmad Soebardjo dan golongan muda yang
diwakili Wikana tentang percepatan Proklamasi Kemerdekaan. Setelah itu, Ahmad
Soebardjo menjemput Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok dan menyakinkan keduanya
bahwa Jepang sudah menyerah.
Sampai
di Jakarta, Soekarno dan Hatta mengundang PPKI untuk bersidang di Hotel Des
Indes, kemudian rapat dipindahkan di kediaman Laksanama Muda Tadashi Maeda.
Pada malam itu juga dihasilkan rumusan naskah Proklamasi yang ditulis oleh
Soekarno, yang selanjutnya diketik oleh Sayuti Melik. Dan pada pagi harinya
tanggal 17 Agustus 1945, jam 10.00, hari Jum’at di rumah Laksamana Muda Tadashi
Maeda Jalan Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta dibacakan teks proklamasi
Kemerdekaan bangsa Indonesia. Dengan dibacakannya teks tersebut, maka bangsa
Indonesia menyatakan diri telah merdeka.